Adakah yang tahu jenis-jenis permainan tradisional, seperti gatrik, lompat tali, petak umpet, dakon, galah asin, dortap, gasing dan lainnya? Mungkin bagi generasi sekarang yang tinggal di kota-kota besar sudah tidak ada yang mengenalnya, apalagi memainkan beragam permainan tradisional itu.
Maklumlah, saat ini teknologi sudah sangat canggih. Jenis permainan pun sudah mulai berganti. Sebagian besar dari permainan-permainan sekarang sudah tidak menggunakan bahan-bahan baku dari alam, tetapi hampir semuanya menggunakan teknologi mesin. Jadi, tidak mengherankan jika generasi sekarang lebih tertarik dengan permainan seperti playstation daripada permainan tradisional.
Permainan-permainan modern seperti sekarang ini, secara tidak langsung membuat anak-anak belajar secara instan, mereka tidak tahu bagaimana prosesnya dan yang lebih fatal lagi, sifat egois anak-anak semakin mudah terbentuk. Hal ini berbeda dengan permainan tradisional, yang lebih mendidik anak-anak untuk saling berinteraksi satu sama lainnya.
Permainan modern telah menstimulus anak setiap waktu untuk pergi ke mal, makan di restoran yang menyediakan menu modern, atau belajar dengan memakai sarana komputer. Tak heran bila anak-anak kita, apalagi cucu-cucu kita nanti semakin miskin dalam pengalamannya bermain permainan tradisional.
Ironis memang, permainan-permainan modern yang sebagian besar berasal bukan dari negara sendiri, justru semakin digemari oleh para generasi kita. Padahal, permainan tradisional dapat menjadi identitas warisan budaya di tengah keterpurukan kondisi bangsa ini. Nilai edukasinya juga banyak. Selain bermanfaat untuk melatih fisik anak agar lebih kuat, juga dapat mengasah kemampuan bersosialisasi, bekerja sama dan menaati aturan. Sesuatu yang tidak ditemukan pada permainan modern yang mungkin dapat membikin cerdas tapi cenderung membentuk watak individualistis.
Dikutip dari HarianGlobal.com
02 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar